Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mendapatkan perhatian internasional atas munculnya pasukan cyber kontroversial yang dikenal sebagai Laskar89. Kelompok ini, yang memperoleh banyak pengikut di media sosial, dituduh menyebarkan berita palsu, ujaran kebencian, dan propaganda untuk mendukung agenda politik. Namun apa kebenaran di balik kelompok misterius ini? Dan apa yang memotivasi para anggotanya untuk terlibat dalam perilaku yang memecah-belah seperti itu?
Laskar89 pertama kali menjadi terkenal pada pemilihan presiden Indonesia tahun 2019, di mana mereka memainkan peran penting dalam menyebarkan misinformasi dan disinformasi untuk mendukung Presiden Joko Widodo yang saat itu menjabat. Kelompok ini kemudian dikaitkan dengan sejumlah kampanye kontroversial lainnya, termasuk mempromosikan teori konspirasi, menyerang jurnalis dan aktivis, dan mempromosikan kekerasan terhadap lawan politik.
Terlepas dari taktik mereka yang kontroversial, Laskar89 telah menarik banyak pengikut di media sosial, dengan ribuan pengikut di platform seperti Twitter dan Facebook. Anggota kelompok ini dikenal dengan gaya agresif dan konfrontatif, sering kali menggunakan hinaan dan ancaman untuk mengintimidasi pengkritiknya.
Namun siapa saja anggota Laskar89, dan apa yang memotivasi mereka melakukan perilaku memecah belah tersebut? Menurut beberapa laporan, kelompok ini terdiri dari aktivis politik, pendukung pemerintah, dan individu yang mencari keuntungan dari kekacauan dan kebingungan yang mereka ciptakan.
Salah satu mantan anggota Laskar89, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya, menggambarkan kelompok tersebut sebagai “kumpulan individu yang disatukan oleh keyakinan bersama akan perlunya membela pemerintah dan memajukan agenda politik mereka.” Ia juga menyebutkan bahwa banyak anggota yang termotivasi oleh rasa patriotisme dan keinginan untuk melindungi Indonesia dari apa yang mereka anggap sebagai campur tangan asing.
Namun, para pengkritik Laskar89 berpendapat bahwa taktik kelompok tersebut berbahaya bagi demokrasi dan kebebasan berpendapat di Indonesia. Mereka menuduh kelompok tersebut menyebarkan berita palsu, menghasut kekerasan, dan membungkam suara-suara yang berbeda pendapat, semuanya atas nama mendukung sekutu politik mereka.
Meskipun terdapat kontroversi seputar Laskar89, grup ini tidak menunjukkan tanda-tanda melambat. Faktanya, mereka baru-baru ini memperluas operasinya untuk menargetkan pemirsa internasional, dengan kehadiran yang semakin meningkat di platform seperti YouTube dan Instagram.
Ketika Indonesia memasuki siklus pemilu berikutnya, pengaruh kelompok seperti Laskar89 kemungkinan besar akan tumbuh. Masih harus dilihat bagaimana pemerintah dan masyarakat sipil akan menanggapi serangan cyber army yang kontroversial ini, dan apakah mereka dapat meminta pertanggungjawaban mereka atas tindakan mereka.
Sementara itu, dunia akan menyaksikan dengan seksama bagaimana Laskar89 terus membentuk lanskap politik di Indonesia dan sekitarnya.